Selasa, 08 Februari 2011

Bijaksana Mengonsumsi Gula

Siapa tak suka dengan rasa manis? Boleh dikata, bahkan tak ada seorang pun menolak jika harus menempatkan rasa manis sebagai pilihan utama pada menu yang dikonsumsi. Nah, sebagai salah satu rasa dasar, manis awalnya identik dengan gula. Dari alam, gula yang kita kenal sekarang, berasal dari tanaman tebu, bit, serta keluarga palma seperti kelapa dan aren.

Gula atau sukrosa adalah bentuk dari karbohidrat. Pada prosesnya, sukrosa mesti melalui pemurnian untuk menjadi gula kristal yang dikenal khalayak.

Untuk manusia, gula bagi sel-sel tubuh merupakan energi yang menggerakkan sel-sel. Gula pun membuat sel-sel otot bisa bergerak, enzim dapat membuat enzim, sel darah putih bisa melawan penyakit, dan lain-lain. Sejatinya, gula yang juga terkandung di dalam EJ, adalah energi untuk proses berguna bagi tubuh.

Hasil riset ilmiah menunjukan, antara 40 persen sampai dengan 60 persen total kalori kebanyakan orang diperoleh dari karbohidrat, khususnya kompleks, dan mengandung gula alami. Sekadar Anda tahu, karbohidrat kompleks mengandung kalori, vitamin, mineral, dan serat.

Sementara itu, perkembangan teknologi memang memunculkan beberapa temuan pemanis buatan. Misalnya, siklamat. Uniknya, siklamat memiliki kadar kemanisan hingga 200 kali gula alami.

Makanya, pemakaian siklamat dalam jumlah sedikit ketimbang gula alami, sudah menghasilkan rasa manis. Oleh karena itulah, pilihan pada siklamat sebagai pengganti gula alami kerap diambil oleh pelaku bisnis minuman maupun makanan. Dari segi biaya, lebih efisien menggunakan siklamat bukan?

Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) sudah menyatakan hal pemanis buatan itu. Keputusan Kepala Badan POM No HK 00.05.5.1.4547 tahun 2004 pasal 2 butir 2 menyatakan pemanis buatan digunakan pada pangan rendah kalori dan pangan tanpa penambahan gula. Selain itu pemanis buatan sebenarnya hanya untuk penderita diabetes mellitus atau orang yang sedang diet saja (Peraturan Menteri Kesehatan No. 208 tahun 1985 pasal 10 ayat 4 dan pasal 11 ayat 2 butir c).

Kembali pada gula, pada akhirnya, sama tidak bijaksananya jika Anda mengonsumsi berlebihan. Soalnya, segala sesuatu yang berlebihan, ujung-ujungnya akan membawa banyak kerugian. Beragam penyakit, utamanya.

Pola makan berikut sikap tegas mengatur asupan gula ke dalam tubuh adalah cara paling tepat agar Anda tetap hidup sehat. Sumber: Kompas.com | Penulis: primus

Tidak ada komentar: